Sentinel Senegal: Revolusi Gaya Bermain di VALORANT

Riot Games Mengenalkan Veto, Sentinel Baru di VALORANT

Pada Grand Final VALORANT Champions 2025 di Paris, Riot Games secara resmi memperkenalkan Veto, Sentinel terbaru di VALORANT (agent ke-28). Veto berasal dari Senegal dan langsung menarik perhatian komunitas karena desainnya yang tidak konvensional untuk seorang Sentinel — dia bukan hanya bertahan, tetapi juga mengganggu musuh dengan agresi, memaksa lawan “bermain sesuai aturannya.”

Kemampuan Veto: Memperkenalkan Kemampuan Baru dalam Meta VALORANT

Dengan mutasi DNA yang tak terbendung, Veto menggabungkan utility denial, teleportasi, dan regenerasi, membuatnya menjadi hibrida dari elemen-elemen terbaik dari banyak agent VALORANT ikonik. Kehadirannya datang di saat yang penting, ketika peran Sentinels semakin menentukan evolusi meta kompetitif.

Skill Kit Veto: Tiga Ability + Ultimate

Berikut uraian dan analisis kemampuan Veto:

Ability 1: Chokehold (Q)

Chokehold menciptakan zona yang menahan gerakan musuh, sekaligus memberikan debuff Deafened (gangguan audio) dan Decayed (pengurangan efektivitas kemampuan). Tujuannya tidak hanya menunda dorongan (push) tim lawan, tetapi juga membuka ruang serangan balik dari tim Veto. Perbandingannya mirip kombinasi Deadlock’s GravNet dan Fade’s Seize, namun dengan twist bahwa zona tersebut memaksa lawan masuk ke pertarungan yang merugikan.

Ability 2: Crosscut (C)

Crosscut memperkenalkan elemen teleportasi untuk Sentinel: Veto dapat membuat vortex sebagai titik teleportasi. Kemudian, ketika berada dekat dan melihat vortex tersebut, dia bisa mengaktifkan ulang untuk teleport. Vortex bisa dipasang ulang (dipindah) saat fase pembelian (buy phase), memberi fleksibilitas strategi.

Ability 3: Interceptor (E)

Interceptor adalah kemampuan utama Veto dalam menangkal utilitas musuh: Saat aktif, Interceptor menghancurkan hampir semua utility bouncing—seperti bom Raze, smoke / ability milik Jett, dinding Sage, hingga Wingman Gekko. Keunggulannya adalah memaksa lawan untuk membuang utilitas mereka atau mengubah rute serangan. Namun, Interceptor bisa dihancurkan, jadi posisi dan timing sangat krusial.

READ  Predator Gaming Indonesia dan RRQ Valorant: Memulai Era Baru Esports Indonesia

Ultimate: Evolution (X)

Evolution adalah kemampuan pamungkas yang mengubah gaya main Veto secara drastis: Saat diaktifkan, Veto mengalami mutasi penuh: gelombang stim tempur, kemampuan regenerasi, dan imunitas terhadap debuff. Artinya, Veto bisa keluar dari posisinya, menyerang, dan bertahan lebih lama — mematahkan stereotip bahwa Sentinels hanya diam di satu titik. Dalam ultimate ini, Veto bisa melakukan aksi agresif mirip Duelist atau Initiator, tergantung kebutuhan tim.

Sejarah Sentinel di VALORANT & Konteks Meta

Untuk memahami dampak Veto, kita harus menilik evolusi peran Sentinel di VALORANT: Cypher dan Killjoy adalah pondasi awal; mereka mengandalkan kontrol map, trap, dan intel. Kemudian Chamber muncul di 2021 dan mengguncang meta dengan mobilitas plus kemampuan satu tembakan (Tour de Force + Rendezvous). Dia sempat mendominasi dengan pick rate hingga ~80% di puncak, lalu diredam lewat nerf berulang. Deadlock, dirilis 2023, dimaksudkan mendeversifikasi pool Sentinel, tapi performanya di kompetisi tetap terbatas—pick rate-nya di Champions 2025 cuma ~2,97%. Sementara itu, Cypher tetap populer (25,25% pick), dan Killjoy menjaga posisi (7,43%). Vyse, gabungan role controller-sentinel hybrid, juga cepat naik ke panggung pro dengan pick rate ~24,26%, menunjukkan tim mencari fleksibilitas lebih dari Sentinel tradisional. Sage dan Chamber (pasca nerf) kini memiliki peran niche dan lebih jarang muncul — Sage dalam ~5,94% pertandingan, dan Chamber ~2,97%. Dalam lanskap meta ini, banyak tim beralih ke strategi agresif, push cepat, dan utilitas kuat, membuat peran defense-strict Sentinel semakin menantang. Veto hadir sebagai jawaban atas kebutuhan fleksibilitas dan kontrol counter-utility dalam satu paket.

Dimana Veto Cocok dalam Komposisi Tim?

Veto punya potensi untuk menjadi bagian penting dalam beberapa tipe tim: Tim yang Gerak Cepat & Berbasis Utility: Veto bisa menindak tumpukan utilitas lawan lewat Interceptor dan menyerang balik lewat Evolution. Komposisi “Heavy Execute”: Di map di mana execute tim lawan bergantung pada layering ability, Veto bisa menggagalkan rencana itu. Situasi Late-Round / Clutch: Dengan mutasi dan regenerasi di Evolution, Veto bisa mengejutkan lawan dan mencuri momentum. Namun, kelemahannya juga nyata: misalnya orbit kemampuan seperti Crosscut mengandalkan posisi dan pandangan, serta Interceptor bisa dipatahkan jika diposisikan buruk.

READ  Jadwal Rilis Open Beta VALORANT Mobile di China Tercatat pada Bulan Juni

Prediksi & Dampak Veto di Esports VALORANT

Early Pick di Profesional: Veto kemungkinan akan dipakai di map-map di mana utilitas sering berlapis—misalnya Icebox, Breeze, atau Pearl. Efek Meta: Jika Veto laku, meta bisa kembali bergeser ke komposisi hybrid (Sentinel + Duelist) atau mengurangi gaya full-execute yang bergantung utilitas tinggi. Adaptasi Strategi: Tim akan belajar kapan memanfaatkan Crosscut, kapan bertahan sebagai Sentinel klasik, kapan menyerang melalui Evolution. Jika Riot menyeimbangkan dengan tepat dan komunitas merespon positif, Veto bisa menjadi salah satu agen paling dicari di musim 2026.

Ikuti terus berita terbaru seputar Valorant dan skena esports lainnya di Ligagame Esports! Kunjungi Instagram dan Youtube Ligagame.tv yang selalu update dan kekinian.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *